Mitos dan fakta rematik seringkali keliru dipahami oleh masyarakat. Padahal pemahaman yang salah tentang penyakit rematik dapat menimbulkan perawatan yang salah juga. Melalui artikel ini, mari bedakan informasi antara mitos dan fakta rematik.
Rematik, seringkali disertai dengan gejala nyeri dan ngilu pada sendi, telah menjadi topik yang banyak diperbincangkan di masyarakat.
Namun, sayangnya, sejumlah mitos yang berkembang dapat membingungkan dan bahkan menyesatkan. Kurangnya pemahaman tentang penyakit rematik bisa menyebabkan ketidakpahaman akan gejala da penundaan perawatan, yang pada akhirnya memicu perburukan kondisi.
Seseorng mungkin tidak menyadari bahwa dirinya mengalami rematik, sehingga penyakitnya tidak ditangani dengan baik.
Oleh karen itu dalam bagian ini, kita akan membahas perbedaan antara mitos dan fakta seputar rematik, sambil mencari tahu langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko kondisi ini.
BACA JUGA: Mandi Tengah Malam Sebabkan Rematik, Mitos atau Fakta?
Bedakan Mitos dan Fakta Rematik yang Populer di Masyarakat
1. Rematik Hanya Menyerang Orang Tua
Informasi ini keliru, sebab faktanya, rematik dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, termasuk anak muda. Banyak jenis rematik, seperti rheumatoid arthritis, dapat timbul pada usia muda.
2. Semua Nyeri Sendi Disebabkan oleh Rematik
Nyeri sendi tidak hanya disebabkan oleh kondisi rematik. Faktanya, ada berbagai penyebab nyeri sendi, termasuk cedera dan osteoarthritis.
Rematik sendiri merupakan istilah umum yang mencakup berbagai kondisi seperti osteoarthritis, rheumatoid arthritis, dan lupus.
3. Cuaca Dingin Memicu Rematik
Meskipun cuaca dingin dapat memperburuk gejala rematik, hal itu tidak menjadi penyebab terjadinya kondisi ini. Faktor genetik dan gaya hidup juga memiliki peran yang signifikan.
4. Rematik Hanya Terjadi pada Sendi
Penyakit rematik mencakup berbagai gangguan, tidak hanya terbatas pada sendi. Beberapa jenis rematik dapat memengaruhi organ internal, kulit, dan bahkan mata.
5. Genetik Tidak Menyebabkan Terjadinya Rematik
Informasi ini sedikit keliru, sebab faktanya, ada bukti yang menunjukkan bahwa faktor genetik dapat memainkan peran dalam perkembangan rematik.
Jika ada riwayat keluarga yang terkena rematik, maka Anda memiliki risiko terkena penyakit yang sama lebih tinggi dari orang biasa.
6. Olahraga Tidak Dianjurkan untuk Penderita Rematik
Salah, olahraga teratur justru dapat membantu mengelola rematik dengan meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot. Aktivitas fisik seperti olahraga juga dapat mengurangi risiko kelebihan berat badan yang dapat memperburuk gejala.
7. Rematik Hanya Terkait dengan Usia Tertentu Saja
Meskipun risiko rematik meningkat seiring bertambahnya usia, kondisi ini tidak hanya terjadi pada kelompok usia tertentu saja.
8. Diet Tidak Berpengaruh pada Rematik
Informasi ini kurang tepat, sebab kenyataannya, diet dapat memengaruhi penyakit rematik. Diet yang dilakukan dengan menjaga pola makan justru dapat membantu mengurangi gejala, mencegah kekambuhan, dan meningkatkan kualitas hidup penderita rematik.
Beberapa makanan, seperti yang mengandung omega-3, dapat membantu mengurangi peradangan, sedangkan makanan tertentu dapat memperburuk gejala.
BACA JUGA: Trik Mencegah Nyeri Leher dan Bahu Kaku Ketika Bekerja
Upaya untuk Mengurangi Risiko Rematik
Penderita rematik memang tidak bisa sembuh sepenuhnya, namun ada sejumlah langkah untuk meringankan gejalanya.
Mengurangi risiko terkena rematik melibatkan serangkaian tindakan preventif yang dapat diimplementasikan dalam gaya hidup sehari-hari.
BACA JUGA: Korelasi Antara Tubuh Kurus (underweight) dan Risiko Patah Tulang
Pemahaman mendalam tentang faktor risiko dan gejala rematik sangatlah penting. Berikut adalah beberapa tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko rematik, diantaranya:
1. Menjaga berat badan yang sehat
Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko berbagai jenis rematik, termasuk osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.
2. Melakukan aktivitas fisik secara teratur
Aktivitas fisik teratur dapat membantu memperkuat otot dan sendi, serta mengurangi stres.
3. Makan makanan yang sehat
Makanan yang sehat, seperti buah, sayuran, dan biji-bijian utuh, dapat membantu mengurangi peradangan dan melindungi sendi.
4. Hindari Merokok dan Kurangi Konsumsi Alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan risiko pengembangan rematik. Menghentikan kebiasaan merokok dan mengatur konsumsi alkohol dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesehatan sendi.
5. Pemeriksaan Rutin dan Deteksi Dini
Melakukan pemeriksaan rutin dan konsultasi dengan profesional kesehatan dapat membantu mendeteksi gejala rematik secara dini. Deteksi dini memungkinkan pengelolaan yang lebih efektif dan pencegahan perkembangan yang lebih lanjut.
6. Konsumsi Suplemen jika Diperlukan
Mengonsumsi suplemen tertentu seperti vitamin D dan omega-3 dapat mendukung kesehatan sendi. Namun, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengambil suplemen tertentu.
Nah, itu dia ulasan seputar mitos dan fakta rematik yang populer di kalangan masyarakat. Pemahaman mendalam tentang mitos dan fakta rematik membantu kita mengambil tindakan preventif yang lebih tepat.
Terlepas dari usia, penting untuk memahami kondisi ini dengan benar agar penanganan dapat dilakukan lebih efektif, dan risiko terkena rematik dapat diminimalkan.
Temukan informasi menarik lainnya tentang kesehatan tulang dan sendi melalui situs resmi Etawalin dengan mengakses etawalinku.com atau simak pilihan makanan bagi penderita rematik berikut ini. (TMI)